RUMAH PERADABAN NUSANTARA
Kamis, 18 Februari 2016
Selasa, 16 Februari 2016
KELOMPOK PRASASTI
KELOMPOK PRASASTI
Tata Pameran pada Museum Sriwijaya memamerkan temuan-temuan prasasti sriwijaya yang lainnya, baik prasasti yang ditemukan di wilayah Sumatera Selatan maupun ditemukan diluar Sumatera Selatan. Prasasti yang dikeluarkan sriwijaya pada umumnya ditulis dengan aksara Pallawa dengan menggunakan bahasa melayu kuno, hal ini menunjukan eratnya hubungan antara penguasa dan rakyat, lain halnya dengan prasasti-prasasti tarumanegara dan kutai kuno yang menggunakan bahasa sansekerta, bahasa tinkat tertinggi yang hanya dimiliki oleh kaum agamawan India Kuno.
Prasasti merupakan sumber sejarah tulis berupa benda atau artefak yang berbentuk tiga dimensi, seperti batu, logam, kayu dan lain-lain. berita tentang Kerajaan Sriwijaya mulai populer dan terkenal sejak ditemukannya beberapa prasasti yang umumnya berasal dari abad ke-7 masehi. prasasti-prasasti yang ditemukan diwilayah sumatera selatan pada umumnya berasal dari masa sriwijaya, baik yang berisi tentang suatu peringatan, persumpahan atau kutukan, dan keagamaan/kepercayaan. selain diwilayah sumatera selatan, prasasti masa sriwijaya juga ditemukan wilayah jambi, lampung bahkan juga di ligor dan nalanda.
Tata Pameran pada Museum Sriwijaya memamerkan temuan-temuan prasasti sriwijaya yang lainnya, baik prasasti yang ditemukan di wilayah Sumatera Selatan maupun ditemukan diluar Sumatera Selatan. Prasasti yang dikeluarkan sriwijaya pada umumnya ditulis dengan aksara Pallawa dengan menggunakan bahasa melayu kuno, hal ini menunjukan eratnya hubungan antara penguasa dan rakyat, lain halnya dengan prasasti-prasasti tarumanegara dan kutai kuno yang menggunakan bahasa sansekerta, bahasa tinkat tertinggi yang hanya dimiliki oleh kaum agamawan India Kuno.
Prasasti merupakan sumber sejarah tulis berupa benda atau artefak yang berbentuk tiga dimensi, seperti batu, logam, kayu dan lain-lain. berita tentang Kerajaan Sriwijaya mulai populer dan terkenal sejak ditemukannya beberapa prasasti yang umumnya berasal dari abad ke-7 masehi. prasasti-prasasti yang ditemukan diwilayah sumatera selatan pada umumnya berasal dari masa sriwijaya, baik yang berisi tentang suatu peringatan, persumpahan atau kutukan, dan keagamaan/kepercayaan. selain diwilayah sumatera selatan, prasasti masa sriwijaya juga ditemukan wilayah jambi, lampung bahkan juga di ligor dan nalanda.
SISTEM BIROKRASI SRIWIJAYA
PEMERINTAHAN, MILITER, DAN SOSIAL (sistem birokrasi sriwijaya)
Menurut de Casparis Kedatuan Sriwijaya dibagi
dalam beberapa mandala (semacam
provinsi), dan setiap mandala
dikuasai oleh seorang datu. Di bawah
datu ada seorang pembesar yang bergelar parvvanda yang bertugas sebagai ketua hulubalang dan bertanggung jawab dalam
hal ketenteraan.
Dalam tingkatan sosial dan pemerintahan
terdapat empat kelas putra-putra raja. Putra raja yang utama adalah yuvaraja
yang berperan sebagai putra mahkota atau raja muda. Tingkatan di bawahnya ialah
pratiyuvaraja, yang dapat naik ke tingkat atasnya jika yuvaraja mangkat.
Tingkatan berikutnya adalah rajakumara, yang dapat menggantikan dua tingkat di
atasnya. Tingkat yang keempat bergelar rajaputra, yang tidak berhak menuntut
tahta mahkota karena merupakan anak raja dari selir atau isteri kedua.
Dalam organisasi sosial dan politik tedapat
dua tingkatan utama. Tingkat pertama adalah raja, putra putrinya dan kaum
kerabat. Tingkatan kedua terdiri dari berbagai golongan pejabat Kedatuan,
seperti senapati, nayaka, pratyaya, haji
pratyaya dan dandanayaka. Senapati adalah kepala hulubalang atau
panglima perang. Nayaka adalah ketua
bendahara yang bertugas mengurusi perbendaharaan kedatuan. Haji pratyaya adalah tumenggung kedatuan, dan dandanayaka
adalah hakim.
Seperti halnya kota-kota di nusantara atau di
dunia, di pusat Sriwijaya juga tinggal bermacam-macam orang yang mempunyai
keahlian khusus, seperti vasikrama
(pande besi), kayastha (juru tulis)
dan pemahat, serta sthapaka (arsitek).
Sebagai negara maritim dan perdagangan di kota Sriwijaya juga tinggal puhavam (nakhoda kapal), dan vaniyaga (pedagang).
Sthapaka (arsitek) diperlukan untuk
merencanakan bangunan-bangunan keagamaan, pemahat diperlukan untuk membuat
arca, pande besi diperlukan untuk membuat senjata, arca, dan barang-barang
logam lainnya. Sisa-sisa hasil keahlian tersebut masih tertinggal di beberapa
lokasi. Situs Kambang Unglen dan Talang
Kikim yang menunjukkan sisa industri manik-manik. Situs Gedingsuro dan Talang
Kikim menunjukkan sisa kegiatan pertukangan logam. Situs Candi Angsoka dan
Lemahabang menunjukkan kegiatan para pemahat.
EKSKAVASI BUKIT SIGUNTANG
EKSKAVASI DI BUKIT SIGUNTANG
Pada
tahun 2013 Balai Arkeologi
Palembang telah melakukan ekskavasi di Bukit Siguntang, dengan cara membuka dua
kotak galian. Dari ekskavasi di kedua kotak galian itu berhasil menampakkan
adanya struktur bangunan dari batu bata yang diperkirakan sisa-sisa sebuah stupa.
Selain itu dari kotak galian tersebut juga ditemukan pecahan pecahan keramik.
Sisa struktur bangunan bata yang ditemukan di Bukit Siguntang ini berasal dari abad ke-6 Masehi.
Senin, 15 Februari 2016
KOTA PALEMBANG
KOTA PALEMBANG
Kota Palembang merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Selatan
denga luas wilayah 400,61 km2 berpenduduk 1.394.954 jiwa. Wilayah kota
Palembang terbagi atas 16 kecamatan dan 107 kelurahan (Palembang dalam angka
2008)
Kota Palembang merupakan kota tertua diindonesia. Berbagai
peninggalan sejarah dan kepurbakalaan terdapat dikota Palembang, antara lain
yang berhubungan dengan Kerajaan Sriwijaya separti situs karang anyar, prasasti
kedukan bukit, prasasti telaga batu, dan prasasti talang tuo, peninggalan
sejarah yang berkaitan dengan kesultanan Palembang darusalam separti benteng
kuto besak, masjid agung, dan komplek makam kesultanan Palembang/makam kawah
tengkurep, dan kantor walikota Palembang merupakan bangunan peninggalan zaman colonial
yang dibangun pada tahun 1928, serta goa bekas pertahanan tentara jepang yang
terdapat dikawasan ario kemuning dan dibagian halaman belakang komplek RSRK
charitas.
Dipalembang juga terdapat peninggalan agama hindu, seperti
situs candi angsoka, aca ghanesha, arca siwamahadewa, arca wisnu diatas garuda,
siwa diatas wahana dan arca brahma, kesemua arca tersebut disimpan dimuseum
nasional dan terdapat replica dari arca tersebut di Museum Sriwijaya.
SITUS KARANG ANYAR
SITUS KARANG ANYAR
Terletak di kelurahan Karang Anyyar Ilir barat II Kota
Palembang. Ekskavasi yang dilakukan disitus ini menemukan keramik, kemudi
perahu serta beberapa fragmen yang memeperkuat kesimpulan bahwa kota Palembang
pernah menjadi pusat kerajaan Sriwijaya disitus ini telah dibangun komplek
Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS) yang terdiri dari tiga bangunan utama
yaitu Museum, gedung Pendopo agung, dan gedung prasasti. Taman Purbakala
Kerajaan Sriwijaya diresmikan pada
tanggal 22 Desember 1994 oleh presiden RI Soeharto yang ditandai dengan
diletakan replica prasasti kedukan bukit.
Situs karanganyar merupakan salah satu situs masa sriwijaya di Palembang yang memiliki ciri khas berupa pemukiman dengan sistem jaringan air buatan, terletak dikelurahan karanganyar. berdasatkan intepretasi foto udara tahun 1984 menampakan situs karanganyar sebagai sebuah fitur berupa bangunan air, terdiri dari kolam, dua pulau dan kanal. dengan areal sekitar 20 hektar.
dua pulau yang terdapat ditengah-tengah kolam tersebut adalah pulau nangka dan pulau cempaka. pulau cempaka memiliki ukuran 40 x 40 m2 dan dikelilingi kolam besar dengan ukuran 145 x 300 m2, sedangkan pulau nangka berukuran 465 x 325 m2 dikelilingi kanal berukuran 15 x 1190 m2.
keberadaan kolam dan kanal tersebut diduga berfungsi sebagai waduk atau penampungan aair untuk mengendalikan pasang surut sungai musi. bangunan air ini adalah hasil teknologi bangunan basah yang mencerminkan kemampuan sriwijaya beradabtasi dengan lingkungannya, kondisi ini sesuai dengan isi prasasti Talang Tuo yang menyatakan bahwa Sriwijaya membuat taman yang dilengkapi dengan bendungan dan kolam-kolam.
serangkaian kanal, pulau dan bagian-bagian lainnya memperkenalkan Karanganyar sebagai sebuahkarya arsitektur masa lampau yang berkaitan dengan bangunan aair, adanya temuan berupa bangunan air, struktur batu bata dan keramik disitus ini merupakan bukti hunian manusia pada masa lalu.
tata letak bangunan air ini tampakny telah dipersiapkan secara khusus dan dirancang dengan matang untu keperluan tertentu. keberadaan kolam dan parit ini diduga berfungsi sebagai waduk atau penampungan air untuk mengendalikan pasang surut sungai musi dan transportasi pedalaman.
langkah pemerintah dalam usaha pelestarian situs tinggalan sriwijaya tersebut adalah dengan pembangunan taman purbakala lengkap dengan museumnya, yaitu sebuah taman yang dibuat pada situs arkeologi karena nilai penting kepurbakalaannya perlu dilestarikan dan dimanfaatkan bagi kepentingan umum. dipilihnya situs karang anyar sebagai lokasih taman dengan alasan antara lain merupakan bangunan yang monumental dan mencirikan kota sriwijaya sebagai kota dengan pemukiman lahan basah.
pada tanggal 20 desember 1994 Taman TPKS dam Museum TPKS diresmikan oleh Presiden Soeharto, dengan tujuan untuk melestarikan dan memaerkan tinggalan sriwijaya sehingga tampak peran sriwijaya dalam sejarah kuno Indonesia.
ARCA AWALOKITESWARA
ARCA AWALOKITESWARA
Arca Awalokiteswara ini aslinya terbuat dari batuan andesit
disimpan di Museum Nasional). Arca ini dalama posisi berdiri diatas asana
tetapi sudah hilang, dan jari-jari lurus kedepan, mempunyai empat buah tangan
tetapi tiga diantaranya telah patah, yang tersisa hanya tangan kiri belakang
membawa sesuatu yang tidak jelas. Menggunakan jubah dibawah pusat sampai di
atas mata kaki dan dibagian tengah kakinya diwaru. Rambut ikal keriting,
panjangnya sebatas tengkuk, sebagian terurai diatas bahu. Mata setengah
tertutup (inlook), hidung mancung, mulut seolah tersenyum dan lubang telinga
panjang. Perhiasan terdiri upawita lebar yang dibentuk pita diatas bahunya.
Ikat perut dengan gasper juga berbentuk pita.
Mahkota yang dikenakan diikat dikepala belakang dan pada
mahkota tersebut terdapat arca amithaba (sebagai bapak rohani atau dewa
pelindung) dalam posisi duduk diatas padmasana
terdapat direlung kecil diisi depan mahkota, pada bagian belakang
punggung arca awalokiteswara terdapat sebaris prasasti pendek yang menggunakan
bahasa sansekerta denagn huruf palawa jawa kuno berbunyi : …….ACCARYYA……… dan
seterusnya. Arca awalokiteswara ini diduga berasal dari sekitar abad ke-9
masehi.
PRASASTI KARANG BERAHI
PRASASTI KARANG BERAHI
Prasasti ini merupakan satu-satunya prasasti sriwijaya yang
ditemukan di Provinsi Jambi, tepatnya ditepi sungai merangin, ditemukan tahun
1904 oleh L.Berkhout, kontrolir di Bangka. Berhuruf Pallawa berbahasa Melayu
kuno terdiri dari 16 baris, prasasti ini tidak berangka tahun, tetapi dari
kajian Paleografi dan isi, diperkirakan berasal dari abad ke-7 M. isinya mirip
dengan parasasti kota kapur, yaitu memuat kutukan-kutukan bagi mereka yang
tidak taat pada raja sriwijaya. Namun prasasti ini tidak memuat tentang
penyerangan oleh tentara sriwijaya sebagaimana prasasti kota kapur.
PRASASTI BOOM BARU
PRASASTI BOOM BARU
Prasasti ini ditemukan oleh seorang penduduk yang bernama
rizal pada saat sedang menggali pasir dihalaman pelabuhan boom baru. Secara
fisik bentuk keseluruhannya bulat telur, tapi bagian atasnya patah sehingga
beberapa baris kalimat dalam prasasti ini hilang. Dibidang permukaannya, bagian
tengah rusak terbelah, aksara dipahat dalam batu alam agak kemerah-merahan dari
jenis batu andesit, degan menggunakan teknis penulisan mendatar. Secara
keseluruhan aksara masih jelas terbaca, kecuali pada bagian-bagian yang telah
rusak tinggi huruf berkisar 3 sampai 4 cm. menggunakan huruf pallawa tidaak
berangka tahun tetapi ditinjau dari segi paleografi diperkirakan berasal dari
abad ke-7 M. berisi tentang sumpah atau kutukaan (saphata) dari penguasa
kerajaan sriwijaya.
PRASASTI KOTA KAPUR
PRASASTI KOTA KAPUR
Prasasti Kota Kapur ditemukan dilahan yang dikelilingi
benteng tanah dipinggir sungi mendo, dusun kota kapur, desa penagon, kecamatan
mendo barat, provinsi Bangka tahun 1829 Masehi, prasasti ini berhuruf pallawa
dan berbahasa melayu kuno, serta bertarikh 608 saka atau 686 Masehi, teknis
penulisan vertical, dari bawah keatas dengan ukuran tinggi huruf 2 – 3 cm dan
terdiri dari 10 baris. Prasasti ini memuat kutukan-kutukan bagi mereka yang
tidak taat dengan raja sriwijaya, selain itu, dapat diperoleh informasi
keberangkatan pasukan sriwijaya ketika menyerang bumi jawa yang tidak patuh
kepada sriwijaya.
PRASASTI TALANG TUO
PRASASTI TALANG TUO
Prasasti Talang tuo ditemukan didusun talang tuo, Palembang
tahun 1920 oleh L.C Westeneang, seorang warga belanda yang menjadi residen
Palembang saat itu. Penemuan prasasti ini dimuat dalam majalah Oudheid Kundige
verslag tahun 1920 dan fotonya dimuat dalam majalah djawa tahun 1921. Prasasti
ini berangka tahun 606 saka atau 684 masehi, dipahat pada sebuah batu yang
tidak dibentuk ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa melayu kuno, teknik
penulisan mendatar, terdiri dari 14 baris. Dari prasasti ini dapat diperoleh
informasi tentang nama lengkap raja sriwijaya Dapunta Hyang Srijayanasa.
Prasasti ini juga menyatakan bahwa pada tanggal 2 caitr 606 saka (23 Maret 684
Masehi) Dapunta Hyang menitahkan pembuatan taman sriksetra sebagai suatu
“pranidhana” atau nazar. Nazar ini dapat ditafsirkan sebagai manifestasi rasa
gembira akibat suksesnya militer sriwijaya.
PRASASTI TELAGA BATU
PRASASTI TELAGA BATU
Prasasti Telaga bat ditemukan disitus Sabokingking, 3 ilir
Palembang, berhuruf Pallawa dan berbahasa melayu kuno, meskipun tidak berangka
tahun, tetapi dari bentuk dan hurufnya diperkirakan sejaman dengan prasasti
sriwijaya yang lainnya, yaitu dari abad ke-7 Masehi. Dipahat pada sebongkah
batu yang bagian atasnya dihiasi tujuha kepala ular kobra dan dibagian bawah
terdapat cerat (pancuran), teknis penulisan mendatar terdiri dari 28 baris.
Prasasti ini berisi tentang sumpah setia baik para pejabat kerajaan, termasuk
kerabat raja maupun para pekerja dan hamba raja kepada raja sriwijaya yag
melanggar sumpah iniakan terbunuh oleh kutukan tersebut,bentuknya yang unik
yaitu adaanya tujuh kepala ular kobra
berbentuk pipih yang menaungi seluruh bagian atas prasast dan adanya
cerat dibagian bawah, diduga berkaitan dengan pelaksanaan sumpah tersebut, mungkin
cerat dibawah digunakan untuk mengalirkan air yang dituangkan kebatu prasasti
dan air ini yang diminum sebagai peringatan sumpah.
Minggu, 14 Februari 2016
PRASASTI KEDUKAN BUKIT
PRASASTI KEDUKAN BUKIT
Prasasti kedukan bukit ditenukan oeh Batenberg 29 oktober
1920 ditepi sungai tatang, desa kedukan bukit dikaki bukit siguntang. Penemuan
ini pertamakali dimuat dimajalah dudikundige Versleg pada tahun 1920, dan
dikaji oleh N.J Krom dalam karangannya “Hindoe Javaansche Geschiedenies “ tahun
1928. Prasasti ini ditulis dengan uruf Pallawa dan bahasa melayu kuno. Teknik
penulisan mendatar, pada tiga sisi yang terdiri dari 10 baris, masing-masing
hruf berukuran sekitas 2 cm, dengan kondisi yang sedang aus. Prasasti ini
bertarik 604 saka atau 628 Masehi, berisi tentang jayasidhyatra (Perjalanan
Jaya) dari perjalanan penguasa sriwijaya yang ergelar Dapunta Hiang, perjalanan
ini disertai puluhan ribu bala tentara yang lengkap dengan perbekalan. Di
(kedukan Bukit Dapunta Hiang dan balatentaranya berhasil menarik/membangun
wanua/perkampungan.
Jumat, 12 Februari 2016
SEJARAH MUSEUM SRIWIJAYA
Situs Karanganyar secara geografis terletak sekitar 5
kilometer arah barat kota Palembang di daerah meander Sungai Musi. Berdasarkan
interpretasi foto udara pada tahun 1984 menunjukkan bahwa penampilan situs
Karanganyar merupakan sebuah fitur berupa bangunan air yang secara keseluruhan
terdiri dari kolam dan dua pulau yaitu pulau Nangka dan pulau Cempaka, serta
kanal, dengan luas areal meliputi 20 ha. Parit-parit yang berada di kanan-kiri
Pulau Nangka merupakan penghubung menuju
Sungai Musi.
Keberadaan kolam dan kanal tersebut diduga berfungsi
sebagai waduk atau penampungan air untuk mengendalikan pasang-surut Sungai
Musi. Bangunan air ini adalah hasil teknologi bangunan basah yang mencerminkan
kemampuan Sriwijaya beradaptasi dengan lingkungannya. Kondisi ini sesuai dengan
isi prasasti Talang Tuo yang menyatakan bahwa Sriwijaya membuat taman yang
dilengkapi dengan bendungan dan kolam-kolam.
Serangkaian kanal, pulau dan bagian-bagian lainnya
memperkenalkan Karanganyar sebagai sebuah karya arsitektur masa lampau yang
berkaitan dengan bangunan air. Bangunan air berupa kolam, pulau dan kanal
tersebut keberadaannya merupakan bukti hunian manusia pada masa lalu. Selain
itu juga ditemukan struktur bangunan bata di Pulau Cempaka , di situs ini juga ditemukan
pecahan bata, manik-manik kaca, pecahan
tembikar, dan pecahan keramik. Analisa yang dilakukan terhadap temuan-temuan
keramik tersebut menunjukkan bahwa barang-barang itu berasal dari Cina abad
ke-9-12 Masehi.
Langkah yang ditempuh dalam usaha pelestarian situs
tinggalan Sriwijaya tersebut adalah dengan pembangunan taman purbakala, yaitu
sebuah taman yang dibuat pada situs arkeologi karena nilai penting
kepurbakalaannya perlu dilestarikan dan dimanfaatkan bagi kepentingan umum.
Dipilihnya situs Karanganyar sebagai lokasi taman dengan alasan merupakan
bangunan yang “monumental” dan mencirikan kota Sriwijaya sebagai kota dengan
pemukiman lahan basah. Taman ini diresmikan pada tanggal 22 Desember 1994 oleh
Presiden Soeharto dengan nama Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, lengkap
dengan museum khusus sebagai pusat kajian Sriwijaya. Museum khusus ini pada
tahun 2008 dilakukan renovasi dan diresmikan lagi oleh Prof.dr. Mahyudin,
Sp.Og. Wakil Gubernur Sumatera Selatan dengan nama Museum Sriwijaya.
PRASASTI-PRASASTI TINGGALAN SRIWIJAYA
PRASASTI-PRASASTI TINGGALAN SRIWIJAYA
Prasasti (inscription) ialah sumber-sumber sejarah
dari masa lampau yang tertulis di atas batu atau logam. Prasasti-prasasti
keluaran Kerajaan Sriwijaya sedikitnya sudah diketahui enam belas buah yang tersebar
di berbagai wilayah, baik di Indonesia maupun di luar Indonesia. Persebaran
prasasti tersebut membuktikan luasnya kekuasaan Kerajaan Sriwijaya pada masa
itu.
Temuan prasasti
terbanyak terdapat di wilayah Sumatera Selatan, yaitu Kedukan Bukit, Telaga
Batu, Talang Tuwo, Kota Kapur, Boom Baru, Swarnapattra, Kambang Uglen, prasasti
Siddhayatra, prasasti Bukit Siguntang, dan lima buah fragmen prasasti.
Di wilayah
Provinsi Lampung ditemukan dua prasasti
yaitu prasasti Bungkuk dan Palas Pasemah, sedangkan di wilayah Jambi ditemukan
prasasti Karang Berahi.
Selain di wilayah
Indonesia prasasti Sriwijaya juga ditemukan di Thailand yaitu Prasasti Ligor
dan di India yaitu Prasasti
Nalanda.
Berdasarkan isinya,
prasasti-prasasti tersebut dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu (1) prasasti
persumpahan atau kutukan, (2) prasasti peringatan, dan (3) prasasti keagamaan. Prasasti persumpahan atau kutukan
merupakan isi prasasti-prasasti tinggalan Sriwijaya yang dominan dan penting.
Prasasti-prasasti itu adalah Telaga Batu, Kota Kapur, Boom Baru, Palas Pasemah,
Bungkuk, dan Karang Berahi. Sedangkan prasasti peringatan yaitu Kedukan Bukit
dan Talang Tuo.
Add caption |
Langganan:
Postingan (Atom)