Situs Karanganyar secara geografis terletak sekitar 5
kilometer arah barat kota Palembang di daerah meander Sungai Musi. Berdasarkan
interpretasi foto udara pada tahun 1984 menunjukkan bahwa penampilan situs
Karanganyar merupakan sebuah fitur berupa bangunan air yang secara keseluruhan
terdiri dari kolam dan dua pulau yaitu pulau Nangka dan pulau Cempaka, serta
kanal, dengan luas areal meliputi 20 ha. Parit-parit yang berada di kanan-kiri
Pulau Nangka merupakan penghubung menuju
Sungai Musi.
Keberadaan kolam dan kanal tersebut diduga berfungsi
sebagai waduk atau penampungan air untuk mengendalikan pasang-surut Sungai
Musi. Bangunan air ini adalah hasil teknologi bangunan basah yang mencerminkan
kemampuan Sriwijaya beradaptasi dengan lingkungannya. Kondisi ini sesuai dengan
isi prasasti Talang Tuo yang menyatakan bahwa Sriwijaya membuat taman yang
dilengkapi dengan bendungan dan kolam-kolam.
Serangkaian kanal, pulau dan bagian-bagian lainnya
memperkenalkan Karanganyar sebagai sebuah karya arsitektur masa lampau yang
berkaitan dengan bangunan air. Bangunan air berupa kolam, pulau dan kanal
tersebut keberadaannya merupakan bukti hunian manusia pada masa lalu. Selain
itu juga ditemukan struktur bangunan bata di Pulau Cempaka , di situs ini juga ditemukan
pecahan bata, manik-manik kaca, pecahan
tembikar, dan pecahan keramik. Analisa yang dilakukan terhadap temuan-temuan
keramik tersebut menunjukkan bahwa barang-barang itu berasal dari Cina abad
ke-9-12 Masehi.
Langkah yang ditempuh dalam usaha pelestarian situs
tinggalan Sriwijaya tersebut adalah dengan pembangunan taman purbakala, yaitu
sebuah taman yang dibuat pada situs arkeologi karena nilai penting
kepurbakalaannya perlu dilestarikan dan dimanfaatkan bagi kepentingan umum.
Dipilihnya situs Karanganyar sebagai lokasi taman dengan alasan merupakan
bangunan yang “monumental” dan mencirikan kota Sriwijaya sebagai kota dengan
pemukiman lahan basah. Taman ini diresmikan pada tanggal 22 Desember 1994 oleh
Presiden Soeharto dengan nama Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, lengkap
dengan museum khusus sebagai pusat kajian Sriwijaya. Museum khusus ini pada
tahun 2008 dilakukan renovasi dan diresmikan lagi oleh Prof.dr. Mahyudin,
Sp.Og. Wakil Gubernur Sumatera Selatan dengan nama Museum Sriwijaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar