Jumat, 12 Februari 2016

SEJARAH MUSEUM SRIWIJAYA




SEJARAH MUSEUM SRIWIJAYA

Situs Karanganyar secara geografis terletak sekitar 5 kilometer arah barat kota Palembang di daerah meander Sungai Musi. Berdasarkan interpretasi foto udara pada tahun 1984 menunjukkan bahwa penampilan situs Karanganyar merupakan sebuah fitur berupa bangunan air yang secara keseluruhan terdiri dari kolam dan dua pulau yaitu pulau Nangka dan pulau Cempaka, serta kanal, dengan luas areal meliputi 20 ha. Parit-parit yang berada di kanan-kiri Pulau Nangka  merupakan penghubung menuju Sungai Musi.

Keberadaan kolam dan kanal tersebut diduga berfungsi sebagai waduk atau penampungan air untuk mengendalikan pasang-surut Sungai Musi. Bangunan air ini adalah hasil teknologi bangunan basah yang mencerminkan kemampuan Sriwijaya beradaptasi dengan lingkungannya. Kondisi ini sesuai dengan isi prasasti Talang Tuo yang menyatakan bahwa Sriwijaya membuat taman yang dilengkapi dengan bendungan dan kolam-kolam. 

Serangkaian kanal, pulau dan bagian-bagian lainnya memperkenalkan Karanganyar sebagai sebuah karya arsitektur masa lampau yang berkaitan dengan bangunan air. Bangunan air berupa kolam, pulau dan kanal tersebut keberadaannya merupakan bukti hunian manusia pada masa lalu. Selain itu juga ditemukan struktur bangunan bata  di Pulau Cempaka , di situs ini juga ditemukan pecahan bata, manik-manik kaca,  pecahan tembikar, dan pecahan keramik. Analisa yang dilakukan terhadap temuan-temuan keramik tersebut menunjukkan bahwa barang-barang itu berasal dari Cina abad ke-9-12 Masehi.

Langkah yang ditempuh dalam usaha pelestarian situs tinggalan Sriwijaya tersebut adalah dengan pembangunan taman purbakala, yaitu sebuah taman yang dibuat pada situs arkeologi karena nilai penting kepurbakalaannya perlu dilestarikan dan dimanfaatkan bagi kepentingan umum. Dipilihnya situs Karanganyar sebagai lokasi taman dengan alasan merupakan bangunan yang “monumental” dan mencirikan kota Sriwijaya sebagai kota dengan pemukiman lahan basah. Taman ini diresmikan pada tanggal 22 Desember 1994 oleh Presiden Soeharto dengan nama Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, lengkap dengan museum khusus sebagai pusat kajian Sriwijaya. Museum khusus ini pada tahun 2008 dilakukan renovasi dan diresmikan lagi oleh Prof.dr. Mahyudin, Sp.Og. Wakil Gubernur Sumatera Selatan dengan nama Museum Sriwijaya.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar